KONTEMPLASI SEBAGAI SARANA REFLEKSITAS DALAM KEHIDUPAN SETIAP INDIVIDU

 
Kontemplasi

MENGENAL KONTEMPLASI DAN KAITANNYA DENGAN REFLEKSITAS  

        Refleksitas merupakan pengembangan pikiran untuk merenungkan kembali kejadian yang sudah dilalui, sehingga kontemplasi sebagai sarana refleksitas dalam kehidupan setiap individu adalah bagian penting dari proses perjalanan menuju kedewasaan. Biasanya akan dilakukan oleh seseorang secara serius dan mendalam untuk mempertimbangkan sesuatu yang bersangkutan dengan masalah atau perjalanan yang sudah dilaui dalam kehidupannya. Kontemplasi sebagai sarana refleksitas tentunya menjadi proses pemikiran kritis terhadap diri sendiri dengan melibatkan pikiran yang fokus seperti intropeksi, meditasi dan yoga.


METODE KONTEMPLASI

Contoh praktik umum kontemplasi adalah yoga dan meditasi. Melaui metode yoga seorang individu akan melakukan gerakan tubuh diikuti pengaturan pernapasan yang tenang sehingga mencapai konsentrasi serta fokus. Karenanya, selain bermanfaat untuk kesehatan tubuh, yoga juga bermanfaat sebagai refleksitas untuk menyeimbangkan kesehatan mental. Sedangkan melalui meditasi, seorang individu akan melakukan ritual tertentu yang memungkinkan berkaitan dengan ajaran agama yang dianutnya. Meskipun praktiknya sedikit berbeda, keduanya memiliki tujuan yang sama, yaitu sebagai sarana refleksitas dan menjernihkan pikiran serta kedamaian batin.


KONTEMPLASI SECARA FILOSOFIS

Secara filosiofis, kontemplasi seringkali dianggap sebagai cara pemikiran yang terlalu spiritual karena bertujuan untuk memperdalam pemaham atas diri sendiri, makna hidup, melihat dunia secara luas dan tidak terkecuali menjadi sarana refleksitas pendalaman karakter sebagai seorang hamba pada Tuhannya. Seperti tokoh filsuf legendaris dunia yaitu, Jalaluddin Rumi. Namanya besar dengan karya-karya beliau berupa syair yang menjadi inspirasi dan kebijaksanaan spiritual, beliau juga selalu mengajarkan makna tentang cinta, hubungan antara manusia dengan Tuhan atau dengan sesama manusia dan pemahaman terhadap diri sendiri secara mendalam. Salah satu syair legendarisnya adalah;

"Stop the words now. Open the window in the center of your chest and let the spirits fly in and out." (Jaluddin Rumi)

Syair tersebut mengajak setiap individu bahwa berhentilah berbicara, cobalah luangkan waktu untuk berkontemplasi dan merenung dalam keheningan. Karena dalam keheningan tersebutlah akan terbukanya jendela di tengah dada sebagai sarana keluar masuknya roh-roh. Dalam syair tersebut Jalaluddin Rumi juga mengajak setiap individu untuk berpikir secara fokus dan menjadikan renungan sebagai sarana refleksitas terhadap diri sendiri secara mendalam. Selain syair di atas, masih banyak syair karya Jalaluddin Rumi lainnya yang menjadi pedoman refleksitas menemukan kehadiran diri sendiri secara mendalam.


PRAKTIK KONTEMPLASI DENGAN BEBERAPA CARA

Faktanya, kontemplasi tidak selalu berkaitan dengan spiritual atau filosofis dan tidak harus dengan yoga atau meditasi secara khusus. Kontemplasi dapat dilakukan melalui berbagai cara yang memungkinkan sebagai sarana refleksitas dengan tujuan mendalam untuk mempertanyakan setiap individu terhadap dirinya sendiri dan berkaitan dengan apa yang sudah dilalui dalam hidupnya. Praktiknya dapat dilakukan dengan berbagai situasi seperti; mendengarkan musik yang relevan serta memiliki makna mendalam atau karena mendengar musik tersebut dapat menenangkan, membaca buku dan yang paling sering dilakukan adalah me time dimana seseorang akan bepergian atau menghabiskan waktunya sendirian. Dengan beberapa cara refleksitas tersebut setiap individu akan mendapatkan pengalamannya masing-masing dalam merenungkan masalah atau peristiwa yang sudah dilalui dan bermaksud untuk menjadi individu yang lebih baik.

Bertambahnya usia juga menjadi waktu yang efektif untuk berkontemplasi.  Biasanya selain berdoa untuk mimpi-mimpi yang ingin dicapai, saat  seseorang berulang tahun juga butuh refleksi untuk merenungkan kondisi mental dan dunia di sekitarnya. Kondisi seperti ini biasanya dilakukan ketika seorang individu mulai menginjak dewasa, merenungkan hal secara luas dan mendalam. Perspektif dari seorang individu di fase dewasa melihat kompleksitas dunia disekitarnya akan memiliki konsekuensi serta tanggung jawab besar dari setiap keputusan. Hal ini menjadi gambaran bahwa kontemplasi dibutuhkan sebagai sarana refleksitas untuk setiap individu, sehingga keputusan berat di hidupnya akan dihadapi dengan lebih bijaksana.

Kontemplasi juga melibatkan pemikiran yang mendalam terhadap lingkungan dan karya seni. Seringkali beberapa individu melakukan kontemplasi untuk perkembangan lingkungan yang menurutnya menjadi keresahan. Seperti halnya mengurangi sampah plastik, beberapa individu akan tertarik atau bahkan inisiatif menciptakan lingkungan baru terhadap kepeduliannya dengan alam dan lingkungan sekitarnya. Perkembangan tersebut yang berawal dari keresahan pribadi akan berdampak positif bagi kalangan individu secara luas. Kontemplasi yang melibatkan pemikiran kritis terhadap lingkungan juga tidak hanya melihat satu keadaan tersebut, contoh lainnya yaitu kritis terhadap pengurangan lahan di area hutan dan pepohonan yang mulai jarang ditemui di kota-kota besar dan banyak keresahan lainnya. Begitu pula ketika seorang individu melakukan kontemplasi dengan melibatkan seni, karya yang dihasilkan biasanya akan terlihat melankolis dan memilki makna sangat dalam. Tidak hanya bermakna untuk kehidupan pribadi seringkali karya seni yang datangnya dari kontemplasi sebagai sarana refleksitas diri seorang individu akan mewakilkan perasaan banyak orang secara emosional.

Melakukan kontemplasi sebagai sarana refleksitas juga tidak mudah untuk sebagian individu, memiliki jadwal yang terlalu padat dan sibuk menjadi faktor terhambatnya kontemplasi secara fokus dan mendalam. Karena kontemplasi membutuhkan ketersediaan waktu luang untuk refleksi dan merenung dengan tenang. Namun, kontemplasi adalah keterampilan yang dapat dilatih dengan meluangkan waktu secara teratur untuk mencapai kedamaian batin, peningkatan kesehatan mental dan emosional, pemahaman yang mendalam atas diri sendiri terlebih atas tantangan hidup dan sebagai sarana refleksitas untuk menjadikan pribadi lebih baik.


PERBEDAAN KONTEMPLASI DAN OVERTHINKING 

Memiliki banyak pertanyaan tentang diri sendiri atau dunia di sekitarnya yang timbul secara alami dalam pikiran seorang individu, baik faktor internal (pribadi) maupun eksternal (orang lain) dapat berdampak negatif atau positif. Selain bagaimana seorang individu menuangkan pikiran terhadap pertanyaan yang timbul, juga dapat diperhatikan perubahan apa yang sudah dilalui selama timbulnya pertanyaan-pertanyaan tersebut. Kontemplasi menuangkan pikiran kritis terhadap banyak objek, namun dari kontemplasi biasanya akan timbul perubahan atau solusi dari pemikiran kritis tersebut. Sehingga kontemplasi sebagai sarana refleksitas adalah renungan yang berdampak positif. Sedangkan overthinking, atau pikiran yang berlebihan sudah jelas berdampak negatif. Karena overthinking menuangkan pikiran berlebih atas pertanyaan yang timbul, baik secara alami dari pribadi individu tersebut atau timbul dari faktor luar. Overthinking cenderung memiliki rasa cemas, khawatir dan akan sulit untuk melepaskan pikiran tersebut. Hingga terkadang dapat menimbulkan tingkat mental yang tidak sehat. Individu yang memiliki kecenderungan overthinking, ada baiknya untuk mecari dukungan dan bantuan keluarga, teman dekat atau professional kesehatan mental.

Mikrokosmos Afeksi

Blog ini berisi tatanan diksi yang bisa saja terdengar klise namun murni tercipta atas perasaan dan pikiran serta menyajikan informasi umum yang dikembangkan oleh perspektif sang penulis.

6 Komentar

  1. Ini bener bener cocok buat diri kita masing", bagus banget cara penuturannya ka😭💗

    BalasHapus
  2. Bener bener suka banget sama penuturan ini💍

    BalasHapus
  3. Keren banget ini penyampaiannya

    BalasHapus
  4. Orang introvert apakah kerap melakukan ini, berkontemplatif dalam kesendirian yang dia pilih?

    BalasHapus
Lebih baru Lebih lama