LUKA DAN JENAKA PART 1


LUKA DAN JENAKA

Sinopsis

            Setiap kita pasti sudah pernah melewati berbagai bentuk luka. Mulai dari luka karena jatuh dari sepeda, luka karena mengupas bibir sendiri akibat bibir yang tandus dan berbagai luka fisik yang tidak hanya disebabkan diri sendiri bahkan karena kesengajaan maupun tidak kesengajaan dari orang lain. Lalu bagaimana jika luka yang tak berwujud yang timbulnya dari dalam, akan kah ada penawarnya?

            “Buah… buah apa yang sopan?” “mangga” sambil menundukkan dan meragakan seperti sedang mempersilakan lewat.

“Kamu liat awan itu (menunjuknya dengan senyum penuh imajinasi) punya telinga seperti kelinci, lucu seperti kamu.”

Sebelum hilang, hilang itu kamu.

Juga luka dan jenaka apakah keduanya sama saja?


PART 1

TEMAN JENAKA

            Selepas kelulusan SMA dirayakan, aku dan yang lain beranjak pulang. Masing-masing membawa angan dan mimpi. Beberapa ada yang bermimpi menjadi orang sukses di desanya, ada yang ingin merantau untuk bekerja maupun melanjutkan pendidikan, pun ada yang sudah bermimpi ingin memiliki keluarga. Yup, tak salah bicara. Apapun keputusan mereka jika memang sudah direstui keluarganya, kenapa kita yang repot? Kita putuskan pendirian masing-masing saja, selama tidak merugikan orang lain. Walaupun sepertinya menikah muda tidak merugikan orang lain tapi merugikan diri sendiri (jika karena keadaan). Semoga saja mereka yang menikah secepat itu memang sudah disiapkan segala sesuatunya. Ok, kita bicara hal lain saja.

Aku melanjutkan kuliah di kampus tak terlalu jauh dari kotaku. Namun, tetap saja aku akan tinggal di kost. Dari kotaku (terlebih dari desaku) menuju kota seberang terdengar dekat saja, nyatanya tidak sedekat itu. Butuh kurang lebih 1 jam perjalanan menggunakan motor, belum lagi aku belum teriasa bermotor. Sebenarnya, yang membuat perjalanan ini bertele-tele adalah jalanan yang penuh hasil korupsi, sepanjang jalan desaku tak ada jalan tak berlubang, sungguh design yang berbeda. Sekalipun ada perbaikan seperti tidak sepenuhnya dana tersebut digunakan.

Dilain sisi aku masih galau memilih jurusan, dengan berbagai macam pertimbangan akhirnya aku masuk jurusan akuntansi. Mulai dari persiapan berkuliah juga kesiapanku mengemasi barang-barang untuk dibawa di kost-an semua kulakukan sendiri. Namun tidak ketika pemberangkatan, aku diantar kakak perempuanku. Selesai berpamitan dengan orang rumah, langsung saja bergegas menuju kost yang akan kutempati selama kuliah.

Sudah sebulan penuh aku mulai aktif berkuliah. Berbagai pengalaman dan cerita selama menjadi mahasiswa rasanya tak seindah yang digambarkan sinema-sinema di TV. Aku merasa seperti ada yang kurang saja, terlebih sejauh ini aku belum juga menemukan teman baru yang cocok. Aku melihat mereka terlalu mementingkan penampilan sedangkan aku yang lulusan pesantren hanya berpakaian seadanya. Yup, SMA-ku dulu di pesantren, hehe. Entah tujuan mereka berpakaian bukan seperti yang aku pikirkan atau apalah, tapi itu yang membuatku menjadi seperti berbeda ketika bersama mereka. Sampai suatu ketika aku mendaftarkan diri untuk bergabung di organisasi Mahasiswa Islam. Meskipun membawa nama agama, tanpa meninggalkan keagamisannya, sejatinya organisasi ini sangat filosofis, lebih mementingkan pergerakan dalam diri masing-masing, mengkritik dan mengaspirasikan suara rakyat dan persahabatan yang rukun antara masing-masing anggotanya. Dari sini pula aku bertemu warna-warna baru dalam hidupku.

“Hi, aku Febby”

Perempuan cantik yang tiba-tiba saja menyodorkan tangannya berniat untuk berkenalan denganku. Tentu saja kusambut dengan hangat, terlebih karena aku belum menemukan teman yang cukup sefrekuensi denganku.

“Aku Vina, kamu ikut organisasi ini juga?” jawabku yang sedang duduk di teras basecamp.

“Iya, aku udah ikut dari bulan lalu, kamu baru ya?”

“Iya nih aku baru aja daftar terus disuruh langsung ke basecamp, katanya sih ada diskusi gitu. Emang mau diskusi apa ya?”

“Oh, kamu belum diinfoin ya? Sini kasih nomer kamu aja biar nanti kalo ada diskusi-diskusi lagi aku kabarin lewat whatsapp. Nanti aku mintain kamu masuk grup juga”

(aku menyodorkan layar hp yang jelas tercatat nomerku)

“Nah kalo minggu ini diskusinya tentang hubungan antara kader baru dan senior” imbuh Febby.

“Oh, iya soalnya lagi ada pendaftaran baru ya?”

“Iya, Vin. Ya kaya kamu kan yang baru daftar” perkenalan hingga tawa menyelimuti atmosfer kita, seperti sudah mengenal satu sama lain dari lama.

Tiba-tiba saja seorang laki-laki duduk di samping Febby.

“Feb, kamu dari tadi?” sambut laki-laki tersebut.

“Baru sih bang, hari ini abang lagi moderatornya?” tanya Febby.

“Iya, gantiin bang Surya sebenarnya mah. Eh ini siapa, Feb?” laki-laki itu melirikku.

“Ini kader baru bang, Namanya Vina”

Febby memperkenalkanku pada bang Topan yang lebih dikenal dengan nama Otung, entahlah asal-usulnya dari mana. Selesai perkenalan dengannya, beliau pamit karena acara akan dimulai dimana dia yang akan membuka acara tersebut.

Sepanjang diskusi aku dan Febby adalah perempuan jenakan yang ikut antusias sebanding dengan anak-anak lain. Hanya saja aku melihat diskusi ini seperti tidak ada ujungnya. Sepersekian detik tiba-tiba saja pandanganku teralihkan oleh laki-laki diseberang tempat dudukku yang tengah usil pada temannya. Aku berpikir bahwa tingkahnya tak jauh berbeda dengan aku dan Febby yaitu JENAKA, baru sebatas itu saja aku sudah dibuat senyum-senyum sendiri. Selepas diskusi berakhir aku makan siang dengan teman baruku.

“Boleh beliin minum sekalian dua gak buat gua, Feb?”

“Sekalian tiga enggak?” sambil melempar tatapan tajam “hehe iya, nih” imbuhnya dengan nada bercanda.

“Yaelah tenang kali Feb gua bayar sendiri. Lu inget gak ekspresi bang Otung pas bahas diskusi tadi?” tanyaku memulai pembahasan.

“Selain mukanya yang emang nyebelin, emang apalagi?”

“Haha. Bukan itu, gua sih gak tau barangkali ini perasaan gua doang kali ya. Sebelum gua bahas ini, lu kenal bang Otung dari kapan?”

“Pas ospek sih. Dia kakak tinggat yang paling baik pas itu” jawab Febby

“Ok. Berarti di antara kita belum ada yang kenal doi banget ya?” tanyaku memastikan.


PART 2

HARI INI SELALU BERKAITAN DENGAN PEREMPUAN

“Menurutku boleh saja seorang senior membuat hubungan untuk menarik perhatian kader baru agar mau masuk ke organisasi kita”

“Loh itu namanya mempermainkan perasaan, itu sudah keterlaluan. Apa yang akan orang luar bicarakan tentang organisasi kita jika sewaktu-waktu banyak yang memberi bocoran tentang kelakuan kalian?”

“Loh jangan sejauh itu, maksudnya sambil menyelam minum air, bro. Kalau memang ternyata nyaman ya syukur, dong.”

“Kalo enggak? Tinggalin? Itu bukan sifat organisasi manapun yang mencampur tangankan masalah pribadi dengan ranah organisasi”

-BERSAMUNG-

Mikrokosmos Afeksi

Blog ini berisi tatanan diksi yang bisa saja terdengar klise namun murni tercipta atas perasaan dan pikiran serta menyajikan informasi umum yang dikembangkan oleh perspektif sang penulis.

3 Komentar

Lebih baru Lebih lama