PEREMPUAN
Tak harus sama, namun berhak sama.
KESETARAAN GENDER
Kesetaraan Gender merupakan salah satu hak asasi manusia untuk hidup secara terhormat, menjadi sama dibeberapa hal dan tidak membatasi diri. Sampai saat ini, mungkin sudah banyak yang sadar akan hal ini. Namun apa yang masih menjadi penting untuk membahas kesetaraan gender? Meski terbilang sudah banyak contoh perempuan mandiri di zaman seperti sekarang, tetap saja ada beberapa individu laki-laki yang menganggap lemah dan hanya menjadikan perempuan sebagai atribut atau pelengkap dalam suatu perkumpulan atau bahkan yang sifatnya pribadi. Sifat Gender terbagi atas dua kelompok yaitu gentle dan feminine. Sifat Gentle pada umumnya akan lebih dominan dimiliki oleh laki-laki tetapi bukan berarti perempuan tidak memiliki sifat ini. Begitu juga feminine yang biasa lebih dominan dimiliki oleh perempuan tetapi laki-laki pun mempunyai sifat ini. Berikut beberapa hal yang menjadi pembahasan terkait kesetaraan gender;
1. Pola Pernikahan
Dalam hal ini perempuan di Indonesia kurang diperuntungkan. Seperti yang kita banyak ketahui, dalam hukum Islam laki-laki memang diperbolehkan memperistri lebih dari satu tidak lebih dari empat. Akan tetapi dalam Undang-Undang Perkawinan tahun 1974 menyatakan bahwa izin untuk memiliki banyak istri dapat diberikan apabila istri tidak dapat melaksanakan taggung jawabnya sebagai istri.
Disinilah letak asumsi yang sudah hampir menjadi budaya di mata masyarakat. Sering kali anggapan bahwa kewajiban istri adalah menjalankan tugas-tugas didalam rumah, seperti; mengepel, menyapu, mencuci dsb. Padahal hal tersebut bukanlah sebuah kewajiban. Kewajiaban seorang istri hanyalah taat, melayani atau membuat senang suami dan sebagai kodrat seorang wanita untuk bisa hamil, melahirkan dan menyusui. Menyapu dan hal lain adalah bentuk inisiatif dari istri untuk bisa menarik hati seorang suami yang perlu dilakukan untuk menjaga sebuah hubungan terkhusus di ranah keluarga, bukan berarti itu adalah kewajiban seorang istri.
2. Secara Fisik
Dalam kasus ini, gender tidak diartikan sebagai jenis kelamin. Tetapi entitas yang bersifat kodrati. Gender merupakan identitas yang diciptakan dari kebudayaan di masyarakat. Seperti yang dikatakan di awal, seorang perempuan memiliki sifat gentle seperti laki-laki, begitu pula sebaliknya.
Kenapa sering kali berita yang beredar adalah kekerasan terhadap perempuan? Bukan sebaliknya? Memang dalam kesetaraan gender di Indonesia, bahkan di dunia adalah perempuan yang selalu menjadi objek bukan subjek. Laki-laki dengan sifat dominan (gentle) yang ia miliki digunakan untuk melemahkan sifat dominan (feminine) pada perempuan. Dengan demikian kesetaraan gender dalam poin ini adalah kurang bijaknya beberapa individu laki-laki yang secara kodrati biasanya memiliki fisik yang lebih besar serta sifat gentle yang lebih dominan. Ada kalanya perempuan butuh pengertian bahwa melawan kekerasan adalah kewajiban. Serta laki-laki yang seharusnya bisa mengontrol emosi termasuk sedikit membuka pola pikir yang lebih maju untuk melindungi perempuan, bukan justru dijadikan sebagai privilege untuk sebuah kekerasan atau mengekang perempuan.
3. Kepemimpinan
Di kasus ini nampaknya sudah tidak terlalu menjadi pembahasan umum, bukan? Sudah banyak contoh perempuan hebat yang mampu memimpin di kota-kota besar bahkan untuk negara (contohnya kakak beradik merah), termasuk di beberapa kalangan kelompok di desa serta kepemimpinan yang non-politik, seperti ketua kelas dsb.
Yang masih menjadi highlight adalah ketika seorang perempuan sudah diberi kesempatan untuk bergabung namun hanya dijadikan sebagai atribut atau pelengkap bagi suatu kelempok tertentu dan tidak dibebaskan untuk mengeksplor kemampuannya. Maka dari itu patriarki seringkali menjadi hal utama untuk melemahkan perempuan.
Itulah beberapa hal yang masih menjadi pembahasan tentang kesetaraan gender, meski sudah banyak laki-laki yang menjadikan perempuannya seperti ratu. Tidak harus menjadikan perempuan sama dengan laki-laki, hanya saja beberapa pandangan yang berdampak meremehkan keberadaan perempuan harus dimusnahkan (jika kamu belum menanam pikiran tersebut) mulai dari saat tulisan ini selesai dibaca, ubahlah pola pikirmu. Jangan jadikan sifat kuat laki-laki untuk merampas hingga menjadikan alat pengancaman, kenapa tidak jadikan kekuatan tersebut untuk diterapkan pada kerjaanmu? Bukankah pemerasan, pengancaman dan hal-hal lain yang merugikan perempuan juga merugikan untuk dirimu sendiri? Laki-laki tidak lagi memiliki martabatnya, sangat rendah dengan caramu sendiri. Sangat disayangkan.
keren banget tulisan ini lengkap membahas soal perempuan... aku suka
BalasHapusSuka banget sama inii
BalasHapusGood suka bgtt
BalasHapusZukaaa♡
BalasHapusBener ini benerðŸ˜
BalasHapus